Diary 1
Meninggalkan kota kelahiran
24/9/2017
Takut,cemas,khawatir.mnjadi satu..seolah mencegahku untuk ikut bersama bibik ku ke kota raflesia.dua hari itu seolah tak cukup untuk memutuskan ikut atau tidak. Tibah hari yg mendebarkan dimana keputusan harus diputuskan. Ya itulah kata yg aku ucapkan pada wanita paru baya itu yg ku panggil mama tua. Aku meminta izin untuk bertemu dengan papa dan mama ku terlebih dahulu, seolah aku meminta doa serta restu kpada mereka. Sbelum berpisa dengan mereka. Ada rasa sedih meninggalkan kota kelahiranku,tapi keputusan yg kubuat pada akhirnya membawaku sampai ke bumi raflesia, perjalan yg sangat melelahkan melalui jalur laut, karna pada saat itu harga tiket pesawat masih sangat mahal, apalagi jumlah kami yg banyak menyebabkan mamatua menutuskan untuk naik kapal laut. Hampir 1 minggu kami berada di laut lepas, menyaksikan hamparan laut biru serta bunyi ombak yg hanya terdengar beebisik. Aku memandang kosong kesetiap dinding kapal kambuna tersebut dan belum terfikirkan tentang nasibku di kota yg baru.
Perjalanan hampir 1 minggu, membuat sluruh tubuh ini terasa sangat letih, kota bengkulu sangat berbeda dengan kota kelahiranku, gedung 2 tinggi kini tak kudapatkan di kota reflesia ini, udaranya memang masih asri, sepanjang perjalanan kami hanya diperlihatkan dwngan bebrapa rumah yg sederhana, ah...sapa ku dalan hati, “kota apaan ini?” pertanyaan yg masih belum terjawab “ apa kah aku akan betah tinggal diaini”
Smua itu pertanyaan yg menunggu untuk dijawab. 10 menit perjalanan kami pada akhirnya kami tiba dirumah susun yg berdiri sendiri dan jauh dari keramaian tetangga. Dan saat inipun aku harus tinggal di rumah ini.
Komentar
Posting Komentar