Pertemuan kita
Minggu, 13 Mei 2018
09.00 –
Ketiak jari jemari ini menuliskan beberapa kata kata agar terangkai menjadi kalimat yang bermakna.
Teringat pertama kali melihatmu, berpostur tubuh tinggi dan kurus, kamu bersama dengan temanmu bernama Rian menemani kami untuk jalan jalan bersama anak anak TPQ Al Ikhsan. Kali itu aku melihat wajahmu yang tampan sembari beristigfar membebentengi hati agar tidak menciptakan khayalan nafsuh tentang cinta.
Aku menghibur diri bahwasanya lelaki kurus tinggi itu tidak akan mungkin melirik ku. Aku sedikit konyol ketika itu. Saat inipun ketika aku terus saja menuliskan awal pertemuan kami, aku masih saja tersenyum dan malu sendiri.
Karena ternyata orang yang dahulu bagi saya mustahil akan berjodoh tapi ternyata Allah mempertemukan kita. Waktu pertama kali aku melihatmu yang sudah tumbuh dewasa ya tepatnya di Pantai Panjang Bengkulu. Aku selalu mencuri pandang untuk melihatmu. Walaupun sesekali aku menepis semua asahku karena apalah saya kamu pastinya tidak akan meminangku karena kami memang berbeda antara langit dan bumi.
Apakah kamu ingat waktu aku masih duduk di Bangku sekolah Menegah pertama di MTS Al Hasanah. Ketika itu kamu bersekolah di SMP 1 Pondok Kelapa. Setiap pagi aku harus menunggu angkot untuk berangkat sekolah. Begitupun kamu. Angkot Abu Sakim selalu saja penuh sesak dengan penumpang yang terdiri dari Anak sekolah dari Abu Sakim. Diantaranya ada kamu di sana. Setiap pagi aku brangkat sekolah dengan ransel di belakang. Serta pukul 06.45 aku sudah berdiri di tepian jalan untuk menjegat setiap angkot yang lewat. Dan selalu saja angkot yang kamu tumpangi melaju melewati aku yang masih setia menunggu angkot yang berbelas kasihan. Kamu ada di sana dan kamu dengan beberapa laki laki lainnya bergelantungan di pintu angkot. Dan setiap kali lewat kamu selalu memanggil dengan kalimat “Kura Kura Ninja” ketika itu sedikitpun aku tidak memperhatikanmu dan begitu juga dengan kamu. Kita sama sama saling tidak mengenal dan saling tidak peduli.
Tahun berganti melewati beberapa tahun. Saat itu aku sudah menggunakan seragam Abu Abu. Aku ingat terakhir kali aku melihatmu bergelantungan di angkot ketika aku duduk di bangku sekolah SMK 3 Bengkulu kelas 1. Setelah berlalu 2 tahun, aku tak pernah melihat dan bertemu lagi denganmu. Dan wajah itupun hilang dari memoriku, semuanya tak pernah aku ingat. Bahkan kata kata yang setiap kali kamu ucapkan padaku tidak pernah lagi terngiang. Semuanya terhapus oleh air hujan yang setiap tahunnya mengguyur bumi Raflesia. Bahkan sedikitpun catatan tentangmu tidak pernah ada dalam diaryku.
Selama sekolah bibik tidak mengizinkan aku pergi kemanapun termasuk menghadiri acara nikahan. Tapi setelah saya lulus tepatnya awal tahun 2004, aku diizinkan menjadi MC di salah satu pesta pernikahan Danil. Diasana aku melihat kamu tentunya dengan gaya yang berbeda kamu menjadi tinggi kurus dan seringku bilang kutilang. Ada sekitar 3 jaman aku dia dan satu temannya namanya Hendra kami bercengkerah dengan berbagai cerita serta pengalaman pokoknya asiklah tapi disana tidak ada tanda tanda apapun tentang dia. Setelah pertemuan itu diapun menghilang beberapa bulan.
Aku semakin galau tentang siapakah yan bakal menemani hari hariku. aku masih saja bertanya dalam doa akankah orang yang menjadi suamiku dia akan setia padaku ?
Apakah orang yang akan menjadi suamiku akan saying denganku ?
Bagaimanakah nasib anak anakku nantinya ? apakah mereka akan sama seperti kehidupanku ?
Semua pertanyaan diatas menambah kegundahanku untuk menentukan pilihan. Karena saat itu aku tidak bisa kulia maka aku putuskan untuk menerima pinangan seorang laki laki yang menurut penglihatanku dia Baik. Ketika pemuda itu ingin melamarku tiba tiba saja paman dan beberapa anggota keluarga tidak menerima pinangan pemuda Palembang itu. Ya dengan alasan dia bukanlah laki laki baik. Hanya batas itu saja Paman menjelaskan ketidak sukaan dia terhadap pemudah yang dating meminang. Aku beristikoroh memintah pilihan kepada sang Maha mengetahui. Aku meminta Kepa Robbiku yang menciptakan aku. Aku banyak mengharap serta menyerahkan semua hidupku Utuk Sang Yang Mempunyai Jiwaku. Akhirnya akupun memutuskan untuk tidak menerima pinangan laki laki itu. Kami saling mengikhlaskan apabilah diantara kami ada yang lebih dahulu menikah. Dan tak lama kemudian pemuda itu sudah mendapatkan jodohnya. Aku hanya mengucapkan Hamdalah dan ikut bersyukur serta mendokannya semoga pemuda itu bahagia.
Hidupku harus terus berlanjut, walaupun hari hari ini tersa sangat sulit tapi itulah hidup. Kita hidup untuk memilih, ya aku lah yang memilih untuk tidak melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan karena banyaknya kesulitan yang kami hadapi.pemuda itupun sedikit demi sedikit mulai aku lupakan.
Tiba di penghujung 2004, aku bertemu dengan dia. Dia yang sudah lama tidak pernah terlihat yang seingatku awal 2004 aku betemu. Tapi takdir Allah berjkata lain. Pantai panJang yang menjadi saksi bisu pertemuan kami tapi saat itu memang belum terfikirkan kalau aku dan dia akan berlanjut kepada jenjang yang lebih serius.
Pertemuanpun terus berlanjut, aku tidak tahu apakah disengaja ataupun tidak aku saat itu tidak tahu.
Acara di Curup menjadi pertemuan selanjutnya antara aku dan dia, ketika itu tante memintaku untuk ikut ke Curup. Langsung aja aku terima tawaran tersebut karena selama saya sekolah saya tidak boleh kemana mana. Ada dua angkot yang berangkat ketika itu. Tapi anehnya semua angkot telah penuh dan akupun terpaksa harus naik motor bersama dia. Masyaallah aku sadar hal itu tidak di anjurkan dalam adab pergaulan dalam Islam. Tapi karena aku juga tidak menolak twaran tanteku bahwa aku harus naik bersama dia. Perjalananan kami ke Curup menjadi titik terang bagi dia. Katanya diapun semakin yakin untuk meminang aku menjadi Istrinya. Dan pada akhirnya dia benar benar meminangku. Dengan tanggal akad nikah 11 September 2005. Sampai saat ini dial ah orang yang sudah menemaniku, baik susah maupun senang tapi terkadang ketika aku ingin membuka lembar lembar masa mudah aku tertawa sendiri lucu dan teramat lucu.
LOVE you my Husband..Sujadi Yaya
Komentar
Posting Komentar