Sosok sang Ayah
Ayah
Bengkulu 24 Mei 2018
In my House pasar pedati.11.00
Lelaki itu menikah dalam usia yang tidak muda lagi, terlahir dari agama
Kristen katolik, walupun tidak menjadi ahli ibadah tapi lelaki itu sangat kokoh
pada agamanya, bahkan sampai akhir hidupnya dia tetap tidak mau melepaskan
agama yang dia bawah sejak lahir yaitu agama Kristen Katolik. Terlahir dari
keluarga yang biasa saja tidak kaya tidak juga miskin tapi kedua orang tuanya
sanggup membesarkan anak anaknya dan memberikan fasilitas fasilitas yang cukup.
Tetapi tidak untuk lelaki satu ini, dia tidak inggin menyusahkan orang tuanya
dengan semua kemampuannya dia terus mencari nafkah untuk dirinya sendiri bahkan
dia juga sering membantu kedua orang tuanya. Kerja keras yang dia miliki
membuat lelaki itu terlupa akan masa masa mudanya, dia bahkan menghabiskan
waktunya untuk bekerja tidak untuk berfoya foya. Bangku sekola tak perna dia
rasakan tetapi kerja dan kerja itulah yang menjadi moto utamanya. Lelaki itu
menyadari atas semua kekurangannya dan diapun tidak akan bisa bertahan hidup
jika hanya menggantukkan hidupnya pada kedua orang tuannya, maka hari demi hari
dan bahkan bertahun tahun sampai bahkan dia lupa akan usia mudanya, semua itu
di habiskan untuk mencari pengalaman kerja agar bisa bersaing dengan yang lain.
Semua yang mengenal dia selalu mengatakan lelaki itu sangat baik sekali,
dan tekun serta giat dalam bekerja dan satu lagi yang menjadikan dia sebagai
kariawan teladan dan sangat disukai rekan kerjanya yaitu kedisiplinannya dalam
bekerja dan suka menolong . kisah tentang lelaki itu yang mempunyai masalah
dalam mendengar dan berbicara, penyebab katidak bisa bicara dan mendengarkan
masih menjadi pertanyaan ku sampai saat ini karena aku mendapatkan dua alas an
yang berbeda tentang mengapa lelaku itu tidak bisa berbicara. Itulah sedikit kilas lelaki yang takkan
hilang dalam ingatanku, dank arena dia aku bisa terlahir di Dunia ini, dialah
Ayahku walupun mempunyai banyak kekurangan tapi namanya selalu hidup dalam
sanubariku.
Di usia yang suda memasuki 30 tahun ayahku dipertemukan dengan seorang
wanita cantik, putih yang pasti berdara Manado plus usianya yang masih belia
tapi wanita tersebut sudah menyandanga status Janda. Saya tidak tahu persis kapan, dimana bahkan
bagaimana proses pernikahan mereka, karena tidak ada dokumen satupun yang
membuktikan tentang hubungan mreka berdua, dari cerita yang saya dapatkan
mereka resmi menikah di sala satu gereja katolik di Mokupa tepatnya di
kecamatan Tombariri Minahasa Sulawesi Utara. Skramen Pernikahan yang mereka
terima ketika itu mengikat keduanya untuk saling mencintai, saling menyayangi
dan saling menjaga dalam satu keutuhan rumah tanggah yang kristiani.
Mereka hidup bahagia apalagi dengan cepat mereka di
karuniahi satu orang putri cantik. Itulah aku yang diberi nama Pricilia .
Kebahagiaan semakin lengkap karena ibuku diberikan kemudahan sehingga bisa
membuka rumah makan di tepi jalan lintas yang ramai akan pengunjung. Sementara ayah dia tetap bekerja
diluar kota karena dia ketika itu masih sebagai kenek bangunan. Dia masih belum cukup ahli dalam
menjadi Tukang. Ayahku selalu pergi dalam waktu satu minggu, biasanya dia akan
pulang tepat malam minggu untuk berkumpul dengan keluarganya. Dan tak lupa dia
akan membawa lengkap semua keperluan rumah tangga dari untuk dapur maupun
keperluan aku dan ibuku. Kata Ibu Ayahku orang baik, Jika ayah ada di rumah
semua pekerjaan rumah dia kerjakan bahkan termasuk menyiapkan tee/ copy hangat
di pagi maupun sore hari khususnya untuk Ibuku. Setiap pagi tiba di meja makan
sudah tersedia makanan dan cemilan bahkan air hangat untuk mandi pagi ibu
maupun putri cantiknya sudah dia siapkan.
Cerita itu seri kali aku dengar dari ibuku ketika aku bertemu dengannya. Ada penyesalan dari raut wajah wanita
tersebut tentang sosok ayahku, ketika dia mulai bercerita
Bersambung
Komentar
Posting Komentar