Bahagia bersamamu
Bahagia bersamamu part 1
Teringat jelas ketika kamu meminangku untuk dijadikan pendamping hidupmu. Awalnya aku tidak percaya karena dibandingkan dengan teman teman yang lain mereka lebih cantik, pintar dan lebih Enerjik tapi sampai saat ini akupun masih belum percaya atas kejadian ini.
Aku tidak berharap mendapatkan jodoh dengan latar belakang pendidikan tinggi, apalagi dengan memiliki fisik yang keren atau sering disebut Ganteng. Aku sadar dengan semua kekurangan yang aku miliki.
Ijazah SMU itu sudah cukup bagiku, Bekerja sebagai Asisten Tenaga tata usaha di salah satu sekolah suasta itu sudah melebihi dari harapanku. Karena semua itu hendaklah selalu disyukuri. Itulah kata pamungkas dari kedua orang tuaku ketika aku mengeluh tentang kesusahan hidup yang saya jalani.
Saat ini aku lebih membutuhkan uang untuk membantu ekonomi keluarga agar kedua adikku bisa bersekolah. Tahun berganti tahun adik pertamaku bisa menyelesaikan pendidikan SI Matematika dan sudah mengabdikan ilmunya di sekolah suasta, sementara adik kedua mendapatkan gelar Sarjana pendidikan Bahasa Inggris. Dan lulus tes CPNS. Alhamdulillah aku merasa tenang karena mereka bisa lebih baik dariku.
Kedua orang tuaku selalu saja memintaku untuk segera menikah. Kata mereka "tidak perlu lagi kamu merisaukan adik adikmu atupun kami"
Akupun mengerti dengan keadaan mereka yang sangat ingin melihat aku menikah tapi bukan aku yang tidak mau menikah tapi sungguh belum ada satu laki-lakipun yang datang meminangku. Jangankan untuk kenalan basa basipun tidak ada sama sekali.
Ada juga beberapa rekan kerjaku menawarkan teman teman ataupun kerabat merka tapi kesemua itu hanya berakhir dengan pertanyaan saja belum ada sampai kepada perkenalan apalagi bertemu.
Kedua orang tuaku tak berhenti menasehatiku, agar lebih fokus pada mencari pasangan hidup. Ya pastilah mereka malu dengan kondisi ku karena banyak omongan masyarakat yang mengujat dengan berbagai kesimpulan yang mereka buat sendiri
kerabat ataupun yang lainnya yang setiap kali bertemu yang ditanya lebih dulu adalah "Sudah Menikah?" lebih sakit lagi ketika beberapa kalimat baik sadar ataupun tidak keluar dari mulut mereka tentang alasan mengapa Jodohku tak kunjung datang.
Dalam sujudku kepada Sang Menguasai aku selalu meminta untuk mempercepat Jodohku bahkan akupun protes dalam doaku "Mengapa aku terlahir tidak seberuntung orang lain dan tidak secantik wanita lain?" Tidak bisa lagi terungkap dengan kata kata kesedihanku kala itu.
"Kak pesananku sudah sampai" tanya sindy adik bungsuku
"Sepertinya 2 hari lagi sind" jawabku sambil membolak balik dokumen yang sudah menjadi makananku setiap hari
"Ntar hari H nya blom sampai gimana?" Tanyanya dengan wajah kecewa
"Yo wes pakai aja baju yang lain "
"Appppaaa Kaaaak"ekspresi adik bungsuku mendengar jabanku.
Tiba tiba pintu kamarku sudah dibuka dan dan paras cantiknyapun muncul dibalik pintu.
"Kak srius nih, kaka udah pesankan?"tanyanya manjah
"Ok ok" jawabku singkat dengan mengangkat jempol kananku.
Adik manjaku yang satu itu langsung berlalu tanpa menutup pintu. Akupun kembali berkonsentrasi pada pekerjaanku yang sudah tertunda
Sindy berparas lebih cantik dariku. hari sabtu depan sindy akan dilamar. Aku bahagia karena satu tanggung jawab orang tua berkurang. walaupun hati kecilku berharap hari bahagia itu menghampiriku jua
Aku hampir putus asa dengan kehidupanku tapi untung saja aku memiliki orang tua yang hebat serta adik adiku yang baik dan teman teman yang perhatian. Karena merekalah yang membuat aku bisa melewati bagian dari skenario Allah dalam hidupku.
****
20 Maret 2004,
Momen yang tidak bisa kulupakan dalam hidupku. Karena kala itu jua aku melepaskan statusku sebagai Single.
Hari bahagia yang selama ini kami nantikan apalagi untuk kedua orang tuaku. Waktu taarufnya berjalan begitu singkat dan yang paling tidak masuk akal adalah. Lelaki yang saat ini menjadi suamiku adalah orang yang dulu pernah menjadi Idolahku ketika masih di SMU. Saat itu dia menjadi Pengurus OSIS di sekolahku.
Mengingat masa masa SMA sepertinya Imposible dia akan melamarku, karena saat itu aku tidak secantik teman temanku aku dibilang gadis Kudetlah dan banyak lagi gelar untukku ketika masa masa sekolah.
Nama yang tertera di Buku Nikah kami Muhammad Refansya ya itulah yang sekarang menjadi suamiku. sering dipanggil Refan. Siapa sih yang tidak tahu Refan ketika masih masa SMA.
Dia anak yang cerdas, supel serta suka menolong. Dan suka PHP (pemberi harapan palsu)pada semua gadis di sekolah itu. Siapa yang tidak klepek klepek ketika bertemu dia. palagi dia duluan yang menyapa sambil melempar senyum. Aduu senyuman itupun masih teringat sampai saat ini.
Dia terpilih sebagai ketua Osis dan masyaallah aku sendiri terperangah setiap kali dia memberi orasi disetiap kegiatan sekolah.
Bahkan diapun menjadi pembicaraan kami setiap jam istirahat, baik tentang kegantengannya, cewek yang lagi dekat dengannya bahkan yang menjadi pacarnya..
Setelah kami resmi menjadi suami istri, aku menanyakan tentang alasannya menikahiku tapi dengan sedikit senyum dia hanya menjawab
"Ya karena kita sudah berjodoh"
"Hayo mas bohongkan, jangan jangan karena mas juga belum dapat jodoh?" Tanyaku sambil sambil mencubit lengan kanannya
Dia masih saja tersenyum dan berkata "aku sudah mengelilingi beberapa kota di pulau jawa,Sumatra bahkan sudah Medan tapi apalah daya jodohku ternyata di sini"
Pembicaraan kami berakhir sampai disitu. Berangsur aku dan suami mulai merintis agar bisa tinggal di rumah sendiri dan mandiri, walaupun orang tuanya mampu tapi dia masih saja ingin mandiri dengan hasil keringatnya sendiri.
Dia berprofesi sebagai Guru Olah Raga di salah satu Sekolah Negeri di Bengkulu, dengan statusnya Guru honor. Bisa saja dia mengambil jalur terdekat agar.lulus PNS yaitu dengan mengeluarkan uang pribadi tapi lagi lagi dia tidak ingin melakukan itu.
Walaupun kehidupan kami pas pasan tapi aku sangat bahagia hidup bersamanya.
Seiring berjalan waktu kami dikaruniai Putra pertama dengan nama Khoirul Azam. Hidup kami semakin bahagia karena saat itu kami sudah bisa membangun Istana yang mungil untuk kami bertiga. Diapun semakin banyak mendapat Job di luar pekerjaan wajibnya termasuk menjadi pelati futsal dibeberapa Sekolah.
Karena status pendidikan suami D2 pendidikan olah raga, maka akupun tertantang untuk mengambil pendidikan S1 PGTK. Berharap jika mendapatkan ijazah sarjana aku bisa menjadi guru saja
Suami selalu saja memberika suport agar aku bisa menyelesaikan pendidikanku. Masa masa sulit ketika aku harus berjuang untuk menyelesaikan pendidikanku yaitu kami diuji dengan keuangan yang kembang kempis. Belum lagi harus membeli susu azam, perlengkapannya serta menutupi semua keperluan rumah tangga kami. Dia bahkan selalu pulang malam untuk mengumpulkan rupiah.
"Mas apa aku berhenti saja ya? "Tanyaku menyembunyikan kesedihan
"Jangan yang, bersabar sedikit insyaallah kita bisa melewati hari hari sulit ini" jawabnya memberi semangat.
"Tapi administrasiku bulannya gimana?" Tanyaku dengan ekspresi pesimis.
Bersambung..
Komentar
Posting Komentar