Kunjungan perdana


PERJUANGAN YANG LUAR BIASA
12 Agustus 2018

Detik detik menunggu sampai pada pukul 09.00. terasa jarum jam berputar sangat lambat. Mengapa harus demikian. Karena hari ini merupakan hari yang special buat kami para wali santri. Setelah menunggu kurang lebih dari satu bulan, dan selama itu juga kami harus memendam rasa rindu yang teramat mendalam karena tidak melihat mereka yang kami cintai. Terasa baru kemarin saya dan suami mengasuhnya dan menghabiskan waktu baik suka maupun duka dalam menemani si sulung dalam menghabiskan tahun demi tahun usianya. Ya usia yang sudah diberikan Allah saw untuk dia. Semoga dia akan selalu memanfaatkan sisa umurnya untuk memberikan manfaat untuk orang lain. Jam di HP saya baru menunjukkan pukul 08.30. suasana pondok sudah sangat ramai. Tampak sekali wajah wajah kerinduan untuk segera memeluk buah hati mereka dan bertanya tentang kehidupan mereka yang baru.

Ada beberapa dari wali santri mulai menintip di balik gerbang besih, begitupun anak mereka. Ada yang bahkan mulai histeris memanggil nama anak anak mereka dan tak kalah bapernya yaitu ada dari wali santri yang mulai bercucuran air matanya. Termasuk saya sendiri. Saya bahkan bingung untuk menjelaskan mengapa air mata ini harus keluar dari pelupuk. Tapi semua itu tak bisa dibendung , karena kerinduan akan mereka terasa sangat dalam. Ya Allah segala puji Bagi Mu Ya Allah atas semua anugerah serta limpahan kasih saying untuk keluargaku. Semoga anak anak ini akan menjadi anak anak yang sholeh dan sholeh serta bermanfaat untuk orang banyak dan semoga perjuangan mereka saat ini akan berbuah manis dilain kehidupan mereka.

Momen yang ditunggpun tiba, sumber suara mulai menyebutkan satu persatu anak anak yang akan menemui ortu mereka. Dan kebetulan anak saya no urut yang ke 3. Anak yang pertama ketika dipanggil tampak sekali ketegangan dari ortunya menunggu anak tersebut keluar. Dan benar saja dengan wajah yang ceria anak tersebut dipertemukan dengan kedua ortunya kegembiraan bercampur dengan kebahagiaan mereka langsung saja saling berpelukan dan melepaskan rindu masyaallah.

Selanjutnya nama anak yang kedua dipanggil. Yang kedua ini tak kala seruhnya. Belum saja anaknya nongol si ortu udah baperan air matanya terus mengalir dari kedua matanya. Dan yang lebih seruh lagi sang Ayah dari anak tersebut sangking bahagianya bertemu dengan anaknya dia langsung menggendongnya dan mencium anak itu dengan linangan air mata juga. Panggilan yang ketigapun segera bergema lewat pengeras suara ya sudah pasti namanya tidak asing lagi. Yaitu HAFIZ AHMAD YAHYA aku ikut bahagia tapi sekali lagi saya menahan semua air mata ini untuk tidak mengalir dan begitu juga dengan hafiz dia hanya tersenyum kecil sambil mengambil tanganku lalu dikecupnya. Hati kecilku menangis tapi aku tidak bisa menampakkan itu baik kepada anakku bahkan kepada rekan kerjaku.

Aku tampak tegar dengan perpisahan itu tapi dikalah aku sendiri aku menangis dan terus saja menangis mengingat si sulung yang sedang berjuang untuk memilih kehidupannya.

“Nak hidup itu adalah pilihan” moto ini selalu saja aku ucapkan untuk anak anak didikku agar mereka semangat dalam belajar dan meraih cita cita mereka. Dan moto ini pulah aku ungkapkan kepada si Sulung agar dia betah untuk tinggal di pondok tak ketinggalan aku ceritahkan beberapa kisah dari perjalan Ibunya sampai kepada saat ini.

Komentar

Postingan Populer