Bahagia bersamamu part2

Mohon krisannya tulisan perdana
Mohon maaf karena kemarin masih terlalu pendek jadi saya perbaharui lagi

By : Afifah Athohiroh

Bahagia bersamamu part 1

Teringat jelas ketika kamu meminangku untuk dijadikan pendamping hidupmu. Awalnya aku tidak percaya karena dibandingkan dengan teman teman yang lain mereka lebih cantik, pintar dan lebih Enerjik tapi sampai saat ini akupun masih belum percaya atas kejadian ini.

Aku tidak berharap mendapatkan jodoh dengan latar belakang pendidikan tinggi, apalagi dengan memiliki fisik yang keren atau sering disebut Ganteng. Aku sadar dengan semua kekurangan yang aku miliki.

Ijazah SMU itu sudah cukup bagiku, Bekerja sebagai Asisten Tenaga tata usaha di salah satu sekolah swasta  itu sudah melebihi dari harapanku. Karena semua itu hendaklah selalu disyukuri. Itulah kata pamungkas  dari kedua orang tuaku ketika aku mengeluh tentang kesusahan hidup yang aku jalani.

Saat ini aku lebih membutuhkan uang untuk membantu ekonomi keluarga agar kedua adikku bisa bersekolah. Tahun berganti tahun adik pertamaku bisa menyelesaikan  pendidikan SI Matematika dan sudah mengabdikan ilmunya di sekolah suasta,  sementara adik kedua mendapatkan gelar Sarjana pendidikan Bahasa Inggris. Dan lulus tes CPNS. Alhamdulillah aku merasa tenang karena mereka bisa lebih baik dariku.

Kedua orang tuaku selalu saja memintaku untuk segera menikah. Kata mereka "tidak perlu lagi kamu merisaukan adik adikmu atupun kami"

Akupun mengerti dengan keadaan mereka yang sangat ingin melihat aku menikah tapi bukan aku yang tidak mau menikah tapi sungguh belum ada satu laki-lakipun yang datang meminangku. Jangankan untuk kenalan basa basipun tidak ada sama sekali.

Ada juga beberapa rekan kerjaku menawarkan teman teman ataupun kerabat merka tapi kesemua itu hanya berakhir dengan pertanyaan saja belum ada sampai kepada perkenalan apalagi bertemu.

Kedua orang tuaku tak berhenti menasehatiku, agar lebih fokus pada mencari pasangan hidup. Ya pastilah mereka  malu dengan kondisi ku karena banyak omongan masyarakat yang mengujat dengan berbagai kesimpulan yang mereka buat sendiri 

kerabat ataupun yang lainnya yang setiap kali bertemu yang ditanya lebih dulu adalah "Sudah Menikah?" lebih sakit lagi ketika beberapa kalimat baik sadar ataupun tidak keluar dari mulut mereka tentang  alasan mengapa Jodohku tak kunjung datang.

Dalam sujudku kepada Sang Menguasai aku selalu meminta untuk mempercepat Jodohku bahkan akupun protes dalam doaku "Mengapa aku terlahir tidak seberuntung orang lain dan tidak secantik  wanita lain?" Tidak bisa lagi terungkap dengan kata kata kesedihanku kala itu.

"Kak pesananku sudah sampai" tanya sindy adik bungsuku

"Sepertinya 2 hari lagi sind" jawabku sambil membolak balik dokumen yang sudah menjadi makananku setiap hari

"Ntar hari H nya blom sampai gimana?" Tanyanya  dengan wajah kecewa

"Yo wes pakai aja baju yang lain "

"Appppaaa Kaaaak"ekspresi adik bungsuku mendengar jabanku.

Tiba tiba pintu kamarku sudah dibuka  dan paras cantiknyapun muncul dibalik pintu.

"Kak srius nih, kaka udah pesankan?"tanyanya manjah

"Ok ok" jawabku singkat dengan mengangkat jempol kananku.

Adik manjaku yang satu itu langsung berlalu tanpa menutup pintu. Akupun kembali berkonsentrasi pada pekerjaanku yang sudah tertunda

Sindy berparas lebih cantik dariku. hari sabtu depan sindy akan dilamar. Aku bahagia karena satu tanggung jawab orang tua berkurang. walaupun hati kecilku berharap hari bahagia itu menghampiriku jua

Aku hampir putus asa dengan kehidupanku tapi untung saja aku memiliki orang tua yang hebat serta adik adiku yang baik dan teman teman yang perhatian. Karena merekalah yang membuat aku bisa melewati bagian dari skenario Allah dalam hidupku.

****

Acara lamaran adikku sudah selesai. Karena aku seorang kakak tertua sudah pasti, aku yang mengurus semua urusan baik acara lamaran ataupun acara nikahan yang tinggal 2 bulan lagi.

Ayah tidak ikut membantu karena hampir 3 tahun ini dia kena penyakit stroke ringan yang menyebabkan dia tidak bisa berjalan.  karena hal itulah yang memaksa Ibu bekerja siang malam, dari rumah ke rumah mencari cucian ataupun pakaian yang akan di setrika. 

Ketika kedua adikku masih kuliah, mereka selalu dibilang kalau kedua adikku tidak tahu diri, sudah tahu orang tuanya susah masih aja mau kuliah, berlagak orang kaya lagi dan masih banyak  cibiran tentang kedua adikku. Belum lagi tentang aku yang belum menikah. Hal tersebut semakin menambah luka untuk Ayah dan Ibu.

2 tahun ini Ayah dan Ibu membuktikan kepada mereka bahwasanya hasil jeri payah mereka tidak sia sia. Kedua adikku wisudah di 2 tahun terakhir ini dan langsung bekerja.

Akhirnya hari yang ditunggu sindy pun tiba, pestanya biasa saja. Dan seperti biasa ada adat yang harus dilakukan karena melangkahi kakaknya. Sindy membeli pakaian lengkap untuk diberikannya padaku.

"Kak maafkan sindy" suaranya bergetar,dengan suara rendah dia menyodorkan  bingkisan berisi pakaian lengkap dengan aksesorisnya, Sebelum akad dimulai.

Terasa hati ini remuk dibuatnya, terlihat air matanya mengalir di kedua pipinya. Aku menerima bingkisan tersebut lalu merangkul dia dan berbisik

"Kakak tidak apa apa sind, doakan saja semoga kakak bisa menyusulmu"

"Pasti kak, sindy selalu mendoakan kakak. Karena kakak,  sindy bisa seperti ini" ucapnya dengan suara terseduh seduh

Aku tidak ingin merusak hari bahagia sindy dengan memperlihatkan kecengenganku, segera ku pegang tangan kanannya lalu kuhantar dia kembali ke tempat duduknya

Suara tangisan sahut menyahut melihat serah terimah bingkisan tersebut, itu pertanda sindy meminta izin padaku karena dia lebih dahulu menikah.

Pesta pernikahan sindy telah usai. Saatnya kembali beraktifitas setelah melepaskan semua lelah dalam mengirusi urusan sindy, alhamdulillah berjalan lancar.

6 bulan berlalu begitu cepat, saat ini di rumah tinggal aku, Ayah dan Ibu, sementara adik bungsuku berada jauh di Kalimantan karena ikatan dinas. Hanya sesekali saja dia menghubungi kami sekedar melepas rindu. Adapun sindy tentunya dia mengikuti suaminya.

Saat ini permasalahan keluargaku bukan lagi pada kekurangan finansial tapi saat ini bagaimana aku selaku kakak tertua bisa mendapatkan jodoh, maklum usiaku sudah berada di level 32 tahun. Mereka semakin khawatir tentang diriku apalagi adik bungsuku.

Seperti biasa dia akan menelfon kami setiap malam minggu, menanyakan kabar dan bercerita ini itu ataupun seputar perjalan dia di Kota lain. Satu persatu cerita sudah aku dengarkan. Aku memang menjadi pendengar setia untuk kedua adikku.

"Kakak sehatkan?" Tanya rendra menghentikan pembicaraan

"Iya say. Sangat sehat"jawabku sedikit manja.

"Rendra dengar dari Ibu kalau kaka sakit"

"Biasa say, sakit capek aja" Candaku

Aku biasa memanggil adik bungsuku dengan panggilan sayang disingkat say. Dan adik satu ini walaupun sudah dewasa masih saja terlihat manjah.

Di penghujung pembicaraan

"Rend"kali ini aku memanggil dengan menyebutkan namanya

"Siap Akak"sahutnya

"Rendrakan sudah punya Calois(calon istri) tu, alangkah baiknya dipercepat peresmiannya" ungkapku dengan harapan adik bungsuku segera menyusul sindy.

"Kakak ni apaan" dia balik bertanya

"Kakak cuman ingin yang terbaik untukmu rend"

"Kalau pembahasan kakak seputar itu rendra akan matikan nik" ancamnya

"Eiit jangan gitu donk. Ok kita ganti pembicaraan ya" hiburku

Aku masih takut dengan kalimat adik bungsuku yang ditulis di buku agendanya. Kata kata itu terus membayangiku satu minggu ini. Bahkan aku tidak bisa tidur dan malas makan. Kembali ku ambil agendanya kubolak balik halaman demi halaman hingga berhenti di halaman yang mengganjal pikiranku.

'Maret yang penuh luka'

Kakak maafkan rendra, karena ulah rendra hingga kakak seperti ini. Demi membela rendra kakak dihina. Bahkan kakak melupakan kebahagiaan kakak demi rendra dan kak sindy.

Rendra janji, ketika rendra sudah bekerja, rendra akan balas semua kebaikan kakak, termasuk rendra belum akan menikah sampai rendra melihat kakak duduk di pelaminan, walaupun ayah tak bisa lagi menjadi wali nikah, maka rendra sendiri yang akan menikahkan kakak. Itu janji rendra.

Aku terkesimak membaca semua catatan harian adik bungsuku. Ya Allah aku takut jika aku belum juga mendapat jodoh maka adikku juga belum akan menikah. Semoga saja dia menarik kembali ucapannya. Pintaku pada Sang Maha membolak balikkan hati.

Tak kusangka kejadian masa itu masih dibawah sampai saat ini. Bahkan membuat sumpah segala. Yah biasalah ketika itu adikku masih usia SMA, masih labil dan Masyaallah boleh dikatakan suka buat ulah. Maka pantaslah masyarakat berkomentar "sudah miskin, sok berduit, anak bujangnya bandel lagi alias tukang berantem.

Sekilas peristiwa itu melintas kembali dipikiranku. Kala itu aku diperkenalkan dengan laki laki yang mapanlah dari segi ekonomi. Dan tahapan untuk ke jenjang serius sudah lampu hijau. Tapi tawuran antar sekolah yang disana terseret nama adikku Rendra dan  beberapa siswa dari sekolah lain. Membuat hubungan kami tak berlangsung sesuai harapan. Satu orang meninggal, Dua siswa luka berat dan salah satu siswa yang cedera yaitu adiknya mas Rudi. Dia lelaki pertama yang ingin melamarku, tapi semuanya berakhir dengan penghinaan kedua orang tuanya terhadap kami.

Agenda adikku membuka kembali luka  masa lalu, terngiang kembali sumpah serapa kedua orang tuanya karena tidak menerima keadaan anak mereka yang pincang akibat peristiwa tawuran tersebut.

Bahkan disana ada ungkapan mereka yang boleh dikatakan terkabul, karena sampai saat ini aku belum mendapat jodoh. Yang pastinya kalimat tersebut berbunyi "tidak akan selamat semua keluarga kalian, kami batalkan pernikahan anak kami. Dan semoga anak perempuan kalian jadi perawan tua"

Aku menengadakan kedua tangan dan meminta dengan sedikit putus asa kepada Tuhan yang menciptakanku. Semoga dengan sedikit harapan yang tersisah berubah menjadi kenyataan.

20 Maret 2004,
Momen yang tidak bisa kulupakan dalam hidupku. Karena kala itu jua aku melepaskan statusku sebagai Single.

Hari bahagia yang selama ini kami nantikan apalagi untuk keluargaku spesial untuk Rendra Adik bungsuku. perkenalan aku dan dia berjalan begitu singkat dan yang paling tidak masuk akal adalah. Lelaki yang saat ini menjadi suamiku adalah orang yang dulu pernah  menjadi Idolahku ketika masih di SMU. Saat itu dia menjadi Pengurus OSIS di sekolahku.

Mengingat masa masa SMA sepertinya Imposible dia akan melamarku, karena saat itu aku tidak secantik teman temanku aku dibilang gadis Kudetlah dan banyak lagi gelar untukku ketika masa masa sekolah.

Nama yang tertera di Buku Nikah kami Muhammad Refansya ya itulah yang sekarang menjadi suamiku.  sering dipanggil Refan. Siapa sih yang tidak tahu Refan ketika masih masa SMA.

Dia anak yang cerdas, supel serta suka menolong. Dan suka PHP (pemberi harapan palsu)pada semua gadis di sekolah itu. Siapa yang tidak klepek klepek ketika bertemu dia. palagi dia duluan yang menyapa sambil melempar senyum. Aduu senyuman itupun masih teringat sampai saat ini.

Bahkan diapun menjadi pembicaraan kami setiap jam istirahat, baik tentang kegantengannya, cewek yang lagi dekat dengannya bahkan yang menjadi pacarnya.itulah sekilas tentang si revan

Setelah kami resmi menjadi suami istri, aku menanyakan tentang alasannya menikahiku tapi dengan sedikit senyum dia hanya menjawab

"Ya karena kita sudah berjodoh"

"Hayo mas bohongkan, jangan jangan karena mas juga lambat dapat jodoh ge he?" Tanyaku sambil mencubit lengan kanannya

Dia masih saja tersenyum dan berkata "aku sudah mengelilingi beberapa kota di pulau jawa,Sumatra bahkan Medan tapi apalah daya jodohku ternyata di sini"

Pembicaraan kami berakhir sampai disitu.

****

Komentar

Postingan Populer