Purnama hari ke2

Part 2

Aku tak menyangka Oma akan semarah itu padaku. Pertengkaran hebat antara aku dan anak kepala sekolah itu benar benar membuat wanita tua itu hilang akal sehatnya, Dia bahkan mencubitku berkali kali sampai meninggalkan memar kebiruan di paha dan lenganku, tak berhenti sampai disitu dia bahkan menjitak kepalaku dua kali hingga tampak dua netranya bercahaya mengeluarkan bulir air mata. Kemudian dia terduduk di kursi rotan dengan penyesalan, nafasnya naik turun tak karuan.

Aku masih terkulai sambil menyenderkan tubuhku di dinding yang tak berjauhan dengan wanita tua itu sambil menangis.

Tak berapa lama pintu terbuka dan bersamaan dengan itu lelaki tua yang kerap kusapa Opapun menyembul dari pintu. Sontak aku berlari dan memeluk lelaki itu. Aku begitu takut melihat wajah Oma beberapa menit yang lewat. Dan setelah aku berada diperlukan  Opa aku merasa tenang dan aman.

Selama tujuh tahun aku tak pernah melihat dia marah ataupun memukulku. Dia benar menyayangiku. Namun Wajah itu seketika hilang berganti  menjadi wajah yang sangat menakutkan disertai dengan gigi yang  gemeretak menahan amarah. Tak sekalipun wanita itu membentakku apalagi memukulku bertubi tubi.

"Ada apa"tanya Opa

"Aku malu malu pa, gak enak sama orang tua meidi"Oma menjawab sambil berlinang air mata.

Pastinya Dia menyesal telah memukulku, hal itu tampak dari kedua matanya yang mulai berkaca lalu perlahan menetes di kedua pipi yang cekung dan keriput.

Pantas saja wanita itu sangat marah denganku ternyata keluarga Meidi menjadi salah satu penunjang finansial kami.

Kakek dan neneknya selalu membelikan ku pakaian sekolah serta perlengkapannya.

Belum lagi sampai saat ini Opaku diberikan amanah untuk boleh berkebun di ladang mereka. Dan satu lagi rumah ukuran 3x4 ini yang merupakan tempat kami berteduh satu tahun ini adalah miliknya Kakek dan Nenek Meidi.

Maka wajar bila Oma  sangat terpukul ketika tahu aku berkelahi dengan Meidi dan membuat pipinya cederah karena terkena cakaranku.

Selama itu aku tidak mengetahui hal tersebut. Aku beranggapan Meidi itu anak yang sombong dan angkuh. Wajar aku tak tahu karena aku tidak pernah diajak Oma dan Opa untuk ikut mereka bekerja.

Komentar

Postingan Populer