Masa penantian
Masa Penantian
Semalaan aku tidak bisa tidur begitupun dengan suami dia selalu saja menanyakan kabar, bagaimana rasanya? Mules gak? Itu saja pertanyaannya tapi aku sama sekali tidak merasa apa- apa. Setelah pagi tiba ibu mertua sudah berada di rumah menanyakan kondisiku. Pukul delapa buk bidan sudah sampai di rumah dan dia menyuruh suami untuk membawa ke rumah sakit, waktu itu mendengar kata rumah sakit saja kami sudah ngeri-ngeri sedap tapi apa boleh di kata kami harus lalui juga.
Angkot kuning sudah terparkir di depan rumah untuk menjemput. Kami belum membawah perlengkapan bayi krana usia kandunganku baru masuk 9 bulan. Akhirnya berangkatlah kami bersama dengan ibu mertua. Sampai di Rumah sakit M Yunus aku langsung di bawah ke ruang bersalin dan masyaallah di sana sudah ada beberapa ibu-ibu yang juga akan melahirkan. Aku melirik kesamping kanan ada tiga orang ibu2 yang sedang berjuang, keringat mereka membanjiri badan mereka karena menahan sakit sesekali terdengar suara ibu-ibu memanggil dokter dan bidan dan mengeluh sakit. Tapi buk bidan yang bertugas tetap memotivasi mereka agar bersabar. Sementara di samping kiriku ada satu ibu hamil yang sedang berjuang juga sesekali suaminya kucing-kucingan dengan petugas rumah sakit untuk masuk sekedar melihat istrinya yang akan melahirkan.
Aku termenung sendiri dan tetap sama masih belum ada tanda-tanda melahirkan. Para dokter kemudian datang dan hendak memeriksaku tetapi karena malu aku nggak mau membuka selangkanganku malahan para bidan senior sudah mulai memarahiku
"Cepatlah buk, dr juga ada kerjaan lain tidak hanya mengurus ibu" pinta bidan senior akan tetapi karena tidak merasakan sakit ya akhirnya aku masih juga gak mau dan maksimal untuk membukanya.
Akhirnya dokter meminta untuk mencari tempat tertutup untukku. Ada satu ruangan tertutup dan aku dipersilahkan memasuki tempat itu baru lah diperiksa juga. Dan hasilnya yaitu bahwa kehamilan anak pertamaku adalah plasenta .........yang mana plasenta posisinya berada di jalan rahim sehingga menjelang kelahiran karena bayi nya akan mencari jalan. Keluar sehingga terjadi pendarahan dan juga bayi nya gak bisa dilahirkan. Kata dokter kalau malam tidak pendarahan maka besok sudah bisa pulang tetapi kalau masih pendarahan maka harus dioperasi malam ini juga.
Semalam aku di rawat sembari di infus dan di pasang kateter agar tidak turun turun dari tempat tidur. Keesokkan harinya dokter menanyakan ke suami bagaimana apakah mau pulang saja? Tapi suami memintak kalau di oprasih sekarang bagaimana?? Mengingat posisi rumah yang jauh dan sulit kendaraan nanti kalau terjadi apa-apa suami bingung. Akhirnya dokter membolehkan tindakan operasi.
Komentar
Posting Komentar