Resume materi PPGDALJAB M1 KB2
Resume M1.KB2
PERAN TEKNOLOGI DAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21
Oleh : Marlin Rapar, S.Pd.I
A. Peran Teknologi dan Media dalam
Pembelajaran Abad
21
Ada tiga penjelasan teoretik tentang peran teknologi dan media pada abad 21, yaitu teori diterminisme
teknologi, diterminisme sosial, dan teori
mediatisasi.
Pertama, menurut asumsi diterminisme teknoloigi Pendekatan determinisme teknologi memposisikan teknologi sebagai faktor dominan dan
berpengaruh dalam
mengubah perilaku komunikasi warga masyarakat. Hadirnya pembelajaran hibrida yang
sebagian memanfaatkan e-learning sebagai pola
pembelajaran online dianggap sebagai penentu bagaimanakah perilaku belajar
peserta didik. Hal ini
akan mengakibatkan
’pemaksaan’
pada
peserta didik,
sehingga mereka harus mengikuti
pola yang telah ditetapkan oleh teknologi yang digunakan dalam
proses belajarnya.
Model
web-based learning yang
dikendalikan oleh platform yang dipilih oleh sebuah mata kuliah, termasuk dalam pendekatan
deterministik teknologi ini. Dalam abad 21 ini, argumen diterminisme teknologi dan efek media
ini sesuai dengan asumsi cyber
optimis. Fakta menunjukkan
bahwa sekarang ini
antusiasme belajar
berbasis
TIK
cukup tinggi. Antusiasme guru, murid, dan satuan pendidikan yang
begitu tinggi terhadap
kehadiran pendidikan era
digital
ini
mengindikasikan adanya
kesesuaian dengan asumsi kubu cyber
optimis. Situasi
optimistic
ini
juga ditunjukkan oleh
pemerintah yang sangat yakin bahwa dengan
digitalisasi pendidikan
akan mampu menciptkan
generasi era 21 yang
sering disebut sebagai generasi emas. Oleh karena itu pemerintah
sangat yakin bahwa dengan teknologi
akan membawa berkah bagi pengembangan sumber
daya
manusia Indonesia melalui proses
pembelajaran dan pendidikan
pada umumnya.
Kedua, mengikuti
pandangan diterminisme
sosial, yang memandang
bahwa kehendak dan keputusan masyarakat
atau individulah yang menentukan
efek-efek
yang timbul dari kehadiran TIK. Pada dasarnya TIK merupakan bagian dari
masyarakat itu sendiri, yaitu sebuah hasil konstruksi rekayasa masyarakat, bukan
sebuah fenomena yang terpisah
dari
konteks sosial.
Determinisme
sosial merupakan
proses
yang
mutual
yang menempatkan perkembangan
TIK
dan praktek
sosial
saling menentukan
kehidupan sosial itu sendiri
(Lievrouw, 2006). Jadi bukan TIK yang
menentukan pola interaksi
masyarakat,
tetapi kebutuhan
komunikasi masyarakatlah yang menghadirkan teknologi tersebut sebagai sarana komunikasi mereka. Kebutuhan
belajar yang tidak
dapat dipenuhi oleh pembelajaran tradisional
berbasis tatap mukalah yang menentukan
kehadiran pembelajaran
online,
sebagai
salah satu metode pembelajaran
hibrida.
Arnold Pacey berpendapat bahwa kita akan lebih dapat memahami dalam melihat
hadirnya teknologi
dengan menyatukan
antara
pandangan bahwa teknologi itu bebas nilai (value free) dan teknologi
itu
juga berkaitan dengan nilai-nilai kultural. Teknologi
sebaiknya dilihat sebagai aktivitas manusia
dan sebagai bagian
dari kehidupan manusia. Tidak hanya melihatnya
sebagai mesin, teknik, dan
pengetahuan saja tetapi juga perlu pelibatan karakteristik pola-pola organisasi dan nilai-nilai yandi yakininya (Pacey, 2000:4).
Oleh karena itu, e-learning
tidak hanya dilihat dari perspektif
determinisme teknologi, tetapi
juga dilihat dari
sudut pandang determinisme sosial. Ini juga menganjurkan
bahwa melihat teknologi tidak hanya dari definisinya saja, tetapi juga prakteknya. Teknologi dapat dibedakan antara
”teknologi” sebagai artefak yang memungkinkan manusia
mengontrol lingkungan dan ”technology-practice” sebagai artefak yang melekat di dalam organisasi dan gagasan-gagasannya. Sifat negatif teknologi
dapat hadir bukan karena kesalahan artefaknya, tetapi
karena kesalahan dalam technology-practice-nya. Teknologi ketika dilihat sebagai artefak, maka
teknologi adalah netral.
Ketiga, pandangan teori mediatisasi yaitu sebagai
proses dinamis dalam hubungan antara
keberadaan
media di tengah masyarakat yang bersifat insitusional. Di
sini media yang
mulanya merupakan hasil temuan ilmu
pengetahuan dan teknologi kemudian berkembang menjadi
institusi sosial, yang kemudian juga terlibat dalam
pergulatan hubungan
dengan institusi sosial lainnya.
Karena itu Hjarvard memahami mediatisasi dengan ciri utama: pertama, media
telah berkembang menjadi
institusi otonom dan indipenden terhadap masyarakat.
Kedua, pada saat yang sama ketika media tampil sebagai institusi indipenden,
media kemudian menjadi lebih terintegrasi dengan institusi sosial lainnya. Media massa, media interaktif, dan kombinasi keduanya telah menjadi
sesuatu yang lumrah, yakni sebagai komponen niscaya bagi kehidupan sehari-hari seperti pendidikan, politik, kehidupan keluarga dan agama.
B. Pemanfaatan Teknologi Dan Media Informasi Dalam
Pembelajaran Abad 21
Ada dua bentuk kegiatan belajar yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan media digital berbasis komputer diantaranya interactive
tools dan interacting
with othersContoh pemanfaatan teknologi dan media informasi digital dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik atau guruadalah terjalinnya komunitas belajar
berbasis web
terhadap
semua
peserta didik di seluruh
penjuru
dunia
diantaranya pembuatan blog,
pemanfaatan media wiki, dan podcast
Ilustrasi dari pesatnya
penggunaan
media
dan
teknologi
digital
dalam kehidupan
sehari-hari pada abad 21 ditandai dengan peningkatan penggunaan media sosial untuk melakukan interaksi sosial terkait komunitas belajar peserta didik di seluruh
penjuru duni
Selanjutnya ada empat kemampuan yang
harus
dimiliki
guru
dalam
pengembangan
pembelajaran di
era digital yaituInteractive Instruction (Pembelajaran
Interaktif), Personal Response System (PRS), Mobile
Assessment Tools, dan Community of Practice (Komunitas
Praktik)
Peran guru di eradigital sesuai dengan Standar Teknologi Pendidikan Nasional untuk guru diantaranya memfasilitasi dan
menginspirasi pembelajaran dan
kreativitas siswa, merancang
dan mengembangkan pengalaman dan
penilaian pembelajaran sesuai digital-age, model kerja dan belajar berbasis digital-age, mempromosikan dan
model
digital
citizenship dan tanggung
jawab,
serta
terlibat dalam pertumbuhan profesional dan
kepemimpinan guru.
Komentar
Posting Komentar